Pahala Terdekat
Banyak orang
ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya pahala ketika masih sempat bernapas di
bumi. Mendambakan surga dengan segala nikmat yang terdapat di dalamnya, dengan
melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi segala
larangan-Nya. Tetapi apakah itu semua sudah cukup untuk mendapatkan tiket masuk
ke surga?
Sering kali
kita melupakan hal yang begitu jelas tertera dalam hidup kita, yang tentunya
merupakan sumber pahala yang terdekat dengan diri kita ini. Yaitu apa? Ya, tentu saja ke-2 orang tua kita,
terutama ibu.
Pernahkah
terlintas di benak kita bahwa ibu adalah merupakan tambang pahala yang begitu
dekat dengan kita? Sempatkah kita berhenti sejenak untuk berpikir bagaimana
perasaan ibu kita? Ibu kita telah rela mengabdikan hidupnya untuk menjadi
pelayan tanpa bayaran demi kebahagiaan sang majikan (yaitu kita sendiri). Mulai
dari mengandung selama 9 bulan, menahan sakit yang begitu luar biasa ketika
melahirkan kita, ibu kita rela menaruhkan nyawanya. Hingga kini kita telah
beranjak dewasa, dengan segala kewibawaan yang kita punya, tapi apakah kita
ingat dengan ibu kita? Apakah pernah kita menyadari bahwa ibu kita itu begitu
rindu dengan kita? Tapi kita terlalu sibuk dengan urusan kita masing-masing.
Mungkin ibu kita sekarang ini sedang ingin memeluk kita, memandangi wajah kita.
Akan tetapi
beliau tahu diri sang pelayan tak mungkin lagi memeluk, mencium, memandangi
majikan. Apakah sekarang ini kita masih mau dipeluk oleh ibu kita? Pernahkah
kita menyadari betapa inginnya ibu kita untuk sekedar kita ajak untuk ngobrol?
Lebih sering mana kita menelpon pacar atau ibu? Mengajak jalan-jalan pacar atau
ibu? Memberikan sesuatu kepada pacar atau ibu? Memberi perhatian kepada pacar
atau ibu?. Ingatlah surga itu terdapat di bawah telapak kaki ibu. Ridho ibu
adalah ridho Tuhan. Apakah pernah ibu kita mengadukan segala kesalahan, segala
perbuatan dan segala perkataan kita yang menyakitinya kepada Tuhan? Sema sekali
tidak pernah. Karena apa? Ibu terlalu sayang terhadap kita. Apabila ibu kita
pernah mengadukannya kepada Allah niscaya kita ini akan hancur tak bersisa
seperti halnya malin kundang, itulah dahsyatnya doa dari ibu. Maka sayangilah ibu,
janganlah pernah merasa malu jika ada celotehan, “anak mami nih ye”. Ucapan
seperti itu selalu ku jawab dengan senyuman dan ku berkata dengan bangga “ya
aku memang anak mami”. Karena ibulah yang membuatku bisa kuat bertahan di dunia
ini sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar